oleh: Dini Susanto dan Nova Nainggolan
Tiga minggu yang lalu, tepatnya pada tanggal 21 September 2012 sore, adalah pertemuanku yang terakhir dengan Yosua dan Femy di bandara internasional kota Hamburg , sebelum pesawat Emirates membawa mereka kembali ke tanah air, Indonesia. Kami (aku, suami dan beberapa teman yang hadir saat itu) saling melambaikan tangan, dengan harapan suatu waktu, atas perkenan-Nya kami dapat bertemu lagi.
Dalam perjalanan pulang kerumah, hatiku terasa sedih, terasa ada yang hilang. Aku menyadari apa artinya itu. Bukan saja karena aku kehilangan sekaligus dua anggota Paduan Suara Sejahtera, tapi juga aku kehilangan saudara. Sungguh! bukan suatu kebetulan, kalau Tuhan mempertemukan kami, bahkan Tuhan juga yang telah menyatukan kami, di saat-saat prihatin (ketika Femy keguguran anak pertama), maupun pada saat ada yang sakit. Kami saling mendukung dan menghibur dalam doa dan pengharapan.
Walaupun kami berjauhan seperti saat ini, tapi kami percaya, Tuhan yang telah mempertemukan kami, Tuhan juga yang akan memelihara persaudaraan kami. Seperti yang tertulis dalam Ibrani 13: 1 : „peliharalah kasih persaudaraan“, ayat Alkitab ini kami ukirkan pada bingkisan kasih kami, yang kami berikan kepada Yosua dan Femy.
Suatu pujian yang menguatkan!..Allah beserta engkau, Yosua dan Femy..sayapNya pernaunganmu tetap dan terus..dimanapun kalian berada…sampai bertemu kembali…dan terimakasih..sudah mengisi kebersamaan dan kegembiraan selama ini………..
SELAMAT JALAN KAWAN, TUHAN BESERTAMU VERA
Pada pertengahan September 2012 yang lalu, salah satu guru Sekolah Minggu PERKI-Hamburg, yaitu Vera Silaen, mengumumkan bahwa ia akan segera kembali ke Indonesia dalam waktu dekat. Semua cukup terkejut dengan penyataannya, terlebih lagi anak-anak sekolah minggu yang selama ini mengenal dia sebagai guru yang baik dan menyukai anak-anak. Para jemaat pun sibuk mengucapkan selamat jalan dan berfoto bersama sebagai kenang-kenangan. Tentu saja semua berharap suatu waktu kelak, bila Tuhan mengijinkan, Jemaat PERKI-Hamburg bisa bertemu kembali dengan Vera, entah liburan atupun tinggal kembali di Hamburg.
Vera Silaen berfoto bersama para anak sekolah minggu, guru sekolah minggu dan Ibu Pendeta Ellen Arnold-Lombogia
(Foto : Kartini Joseph-Mumme)
Vera, yang aku kenal dia orang Batak boru Silaen, tetapi telah tinggal lama di Manado, Palu. Vera datang ke Jerman dalam rangka mencari pengalaman, belajar bahasa Jerman dengan bekerja sebagai Au pair atau lebih yang dikenal dengan sebutan baby sitter, dan tinggal di keluarga Jerman untuk jangka waktu satu tahun tahun. Kedatangannya dari Indonesia melalui salah satu agensi Au-pair di Indonesia. Vera berada di Hamburg hanya sekitar enam bulan, karena dia sebelumnya sudah enam bulan menghabiskan waktu dengan tinggal bersama keluarga lain di sebuah kota lain di Jerman bagian selatan. Ketika kubertanya, “Kenapa bisa pindah?“, dia hanya bilang ingin ganti suasana.
Setelah satu bulan mengenal Vera, dia asyik orangnya, kami sering bertukar pikiran dan saling bertanya, dan minta pendapat. Aku selalu mencoba memberikan pendapat maupun masukan-masukan yang terbaik buat dia. Sewaktu ada pemilihan Badan Pengurus PERKI-Hamburg, aku terpilih menjadi koordinator sekolah minggu. Segera aku juga memilih Vera sebagai salah satu guru sekolah minggu, karena dia cocok dengan anak-anak. Sampai hari terakhir dia mengajar, anak-anak sekolah minggu bertanya kepadanya, “Machst Du Urlaub nach Indonesien, und wie lange??“ Jawab Vera, “Tidak. Aku akan tinggal di sana.“ Anak-anak bertanya lagi, “Kommst Du wieder nach Deutschland ?“, jawab Vera,“ Ich weiss es nicht. Wenn Gott es will, ich werde bestimmt wieder kommnen.“
Sedih buat anak-anak sekolah minggu. Vera amat sabar menghadapi anak-anak, tetapi dia kurang tepat waktu disaat giliran mengajar, ach, mungkin perjalanan yang jauh dari keluarga Jerman tempat ia tinggal membuatnya suka terlambat. Dia sudah berusaha utk mencari kerjaan setelah kontrak kerjanya sebagai Au pair habis, tetapi menurut dia, tidak dapat, dan sepertinya hatinya pun lebih ingin pulang ke Indonesia. Selamat jalan, kawan, semoga Tuhan selalu memberkati jalanmu…
Satu lagi kejutan bagi anak-anak Sekolah Minggu PERKI-Hamburg ketika sehabis ibadah, kenalan dari Onkel Reinser Simorangkir, atau juga dikenal sebagai „General Li“ yaitu Christoph dan Christian, sempat menyenangkan hati Ramon, Mia, Kyria, Sara dan Aaron berkendaraan wisata dengan Rikscha “Becak Hamburg” mengikuti rute Ballindam-Raboisen-Ferdinandstrasse dan ditemani salah seorang guru Sekolah Minggu PERKI Hamburg, Suzanna Tandaju. Vielen Dank – gratis euy!!
Anak-anak sekolah minggu PERKI-Hamburg dengan salah satu guru Sekolah Minggu Suzanna Tandaju bersiap naik Rikscha dengan Christoph dan Christian
(Foto: Kartini Joseph Mumme)